Curhat penting ga penting seorang emak

Senin, 08 Oktober 2007

Manusia Langit

Saya selalu kagum dengan orang-orang di sekitar saya.Kehadiran mereka membuat saya merasa bersyukur dikelilingi manusia-manusia langit yang sanggup memberikan makna kebijaksanaan bagi kehidupan saya sehari-hari. Dan inilah masa dimana saya merasa menjadi mahluk yang paling beruntung karena dipertemukan oleh mereka.

Sekalipun saya tahu dunia tidak seputih itu, sekalipun seiring kehidupan saya, saya banyak menemui mahluk-mahluk sampah yang telah mengabaikan nuraninya, merampas hak-hak orang lain dan bersikap seolah-olah sisi kemanusiaannya telah mati. Dulu saya berpikir..bagaimana mungkin ada orang seperti itu. Karena manusia adalah mahluk mulia yang diberkahi dengan nurani. Setidaknya itulah satu-satunya kebenaran yang tersimpan dalam fitrah manusia. Namun akhirnya saya belajar setelah segala sesuatunya terpampang dengan vulgar di depan mata saya. Maka saya berpikir ulang untuk tidak mudah percaya pada orang sekalipun dia tampak suci dibalut dengan kain sutra termahal. Semua itu hanyalah permukaan bagi saya.

Hati saya masih bisa menangis haru manakala manusia-manusia langit yang tumbuh dari jiwa yang terdidik masih eksis. Eksistensi kebaikan dan kebenaran tersebut masih berwujud, walau rentangannya jauh di permukaan.dengan fisik yang kumuh dan ingatan yang rapuh. Tapi mutiara itu tetap mutiara walau disembunyikan di kolong langit. Karena waktulah yang akhirnya tidak sabar menunjukkan sesiapa yang layak disebut mutiara.

Dan saya bersyukur atas nikmat kebersamaan dengan manusia-manusia langit tersebut. Selalu ada waktu bagi mereka. Memandang mereka membuat energi kehidupan saya bangkit. Apa rahasia mereka sehingga wajah-wajah mereka selalu tampak bersinar?. Seolah-olah segala kebaikan melekat pada wajah mereka. Hal ini selalu membuat saya iri. Wajah mereka sebenarnya telah lapuk dimakan usia. Kerut kesusahan hidup tergambar jelas di bawah matanya. Namun aura manusia langitnya tak memudar. Bahkan ketika kunjungan terakhir saya kemarin sore bersama teman-teman SALAM.

Emak dan Bapak Elon . Sungguh saya belajar tentang keikhlasan pada kalian. Mungkin itulah yang membuat kalian tampak bersinar dimata saya. Sungguh saya belajar arti mencintai pasangan hidup sampai maut menjemput. Sungguh saya belajar bagaimana menjadi orang yang rela dengan segala kesulitan... Sungguh saya belajar keberanian menjawab tantangan hidup serta bersyukur akan segala yang didapat…Tanpa ambisi yang berlebihan tapi juga tidak mau berpangku tangan menanti dikasihani. Karena sikap berpangku tangan hanya merendahkan harga diri Lebih baik berusaha walaupun hasilnya tidak seberapa.

Bapak Elon adalah seorang satpam yang memiliki loyalitas yang patut digugu. Beliau telah mengabdi menjadi satpam masjid selama hampir 30 tahun.Usianya kini menginjak 65 tahun. Setelah pensiun bapak sekarang menjadi tukang ojek yang biasa mangkal di Alfa Mart fakultas Psikologi UI. Emak adalah istrinya yang masih setia mendampingi bapak dan membantu ekonomi keluarga dengan berjualan minuman setiap hari minggu di pasar kaget UI. Dulu emak berjualan di masjid UI. Namun setelah mereka diusir secara paksa oleh pengurus masjid, emak kehilangan penghasilan rutinnya. Mengingat usianya yang semakin senja, emak memang kini lebih banyak dirumah mengurusi cucu-cucunya.

Sentuhanku pertama kali dengan mereka adalah ketika aku masih menjadi pengurus SALAM 08. Hampir tiap hari aku ke masjid, karena masjid adalah rumah pertamaku. Secara otomatis aku sering sekali berjumpa mereka, sering mengobrol berbagai hal dengan mereka. Dan tentu saja memetik buah-buah hikmah dari perjalanan hidup mereka. Dari sanalah saya akrab dengan mereka. Bahkan emak dan bapak elon telah menempati hati saya menggantikan kakek dan nenek saya yang telah lama tiada.

Bagi saya mereka adalah prototype manusia Indonesia yang masih sangat jujur dan “lugu”. Untaian hikmah hidup tersebut belum sanggup saya untai dalam tulisan ini. Terlalu berat untuk menulisnya.

Disaat sulit ditemukannya mutiara kebaikan dan kesabaran, mereka menjadi hadiah ALLAH buat saya. Agar saya terus belajar mencintai hidup dan memaknai hidup.

Selalu ada peran antagonis dan protagonist dalam pertunjukan hidup. Dan saya hanya ingin selalu mendapatkan peran sebagai tokoh protagonis dimanapun saya berada. Seperti layaknya emak dan Bapak Elon,manusia-manusia langit itu.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda