Bahkan untuk berteman dengannya begitu sulitnya!!
Sulit menggambarkan awal pertemuan kami. Rok abu-abu butut yang selalu kupakai saat bertemu dengannya telah menjadi saksi bisu detik-detik pertemuan rumit itu hingga menanamkan benih-benih kepercayaan pada lubuk hatiku yang terdalam. Sungguh aku adalah orang yang tidak mudah percaya pada orang lain. Akumulasi kehidupanku dipenuhi keambiguan sangat. Sebuah kepercayaan yang sepintas kudapatkan dari pancaran matanya. Mata yang teduh, tanpa api dan datar. Kepercayaan yang berkembang menjadi sebuah pertemanan. Karena kepercayaan adalah modal berteman, maka kuyakini arah hati yang menuntunku untuk menyelami lebih dalam siapa sosok dibalik muka dingin itu. Tak cukup rangkaian kata untuk memahami jiwaku yang menggejolak karena kebahagiaan mendapatkan teman baru.
Tapi...jiwa ini mulai rapuh.Jiwa ini mulai mempertanyakan..siapa diriku dan siapa dirinya. Apa memang kita ditakdirkan untuk berteman? Karena kepercayaanku tidak juga ditanggapinya dengan antusias... Perlukah aku mengemis untuk mendapatkan kepercayaannya ...Sesungguhnya aku ingin sekali berteman dengannya. Namun kenapa ia tampak tidak peduli... Ya Allah....yakinkan hatiku bahwa masih ada yang mau jadi temanku...karena aku rindu pertemanan yang tulus itu.
Tapi...jiwa ini mulai rapuh.Jiwa ini mulai mempertanyakan..siapa diriku dan siapa dirinya. Apa memang kita ditakdirkan untuk berteman? Karena kepercayaanku tidak juga ditanggapinya dengan antusias... Perlukah aku mengemis untuk mendapatkan kepercayaannya ...Sesungguhnya aku ingin sekali berteman dengannya. Namun kenapa ia tampak tidak peduli... Ya Allah....yakinkan hatiku bahwa masih ada yang mau jadi temanku...karena aku rindu pertemanan yang tulus itu.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda